Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2025

Perhaps, I Am Searching for the Nameless One

Gambar
  Have you ever felt lost, but didn’t know what exactly was missing? Not the loss of an object, nor the absence of someone. But as if you've lost yourself—your identity, your way of thinking, your purpose, your determination, even the principles you once held so tightly. Everything feels empty, like a quiet war inside this small body. You don’t know who to confide in, or where to go to find a cure. As if, in this moment, only you remain. Have you ever felt left behind? While others are already far ahead, you haven’t even taken your first step. Like missing the ship at the dock, even though the ticket was already in your hand. Ironically, you don’t even know where the ship is headed, or where it will eventually anchor. Everyone seems to have a destination, a place to pause. But me? I’ve lived twenty-one years and still have no idea where I’m going. What I feel now is just one thing: a deep sense of being left behind, and helplessness. Why do others already know what they...

Barangkali, Aku Tengah Mencari yang Tak Bernama

Gambar
  Pernah merasa hilang, tapi tak tahu apa yang sebenarnya hilang? Bukan kehilangan barang, bukan kehilangan orang. Tapi seperti kehilangan diri sendiri —identitas, cara berpikir, tujuan, tekad, atau bahkan prinsip yang dulu sempat dipegang erat. Semua terasa hampa, seperti sedang berseteru dalam tubuh yang kecil ini. Tak tahu harus mengadu ke siapa, tak tahu harus ke mana mencari obatnya. Seolah, hanya diri ini yang tersisa. Pernah juga merasa tertinggal? Saat orang-orang sudah melangkah jauh, tapi kita bahkan belum mengangkat kaki dari tempat berpijak. Seperti ketinggalan kapal di dermaga, padahal tiket sudah digenggam. Ironisnya, kita bahkan tak tahu ke mana kapal itu akan berlayar, tak tahu di mana ia akan berlabuh. Setiap orang punya tujuan, punya tempat berhenti. Tapi aku? Hidup dua puluh satu tahun, masih belum tahu akan ke mana. Yang terasa hanya satu: rasa tertinggal, dan perasaan tak berdaya. Kenapa orang-orang sudah tahu mau jadi apa, sementara aku bahkan belum...

Behind Every Smile Is a Battle: Why I Refuse to Give Up

Gambar
I’ve heard those words before. Too often, actually. “Try harder.” “Stop complaining, just keep going.” “Don’t give up, keep pushing.” Funny, isn’t it? The ones who say that have no idea what I’m really going through. They don’t see the prayers whispered late at night. They don’t know how many times I’ve started over after failing. They only see the surface. They don’t know about the small wounds I cover by myself every night. Sometimes, I wonder too, “When will I finally win?” But I’ve come to realize something — this journey isn’t just about winning or losing. It’s about who keeps going even when they’re tired. About who keeps standing even after falling again and again. About who chooses silence when mocked, and keeps walking even with shaking legs. Am I tired? Yes. But I know I can’t stop. I’ve realized that life always has a direction. No matter how exhausted I am, no matter how broken I feel, I’ll keep walking — even if I have to crawl to get there. I’ve made a promi...

Never Judge Someone’s Life By What You See — Use Your Heart

Gambar
  Have you ever met someone who, on the surface, seems like a complete mess? Someone whose actions make you shake your head — always causing trouble, never following the rules, making life harder for others. People around them often think, “This person’s hopeless.” Honestly, I used to think like that too — until life taught me a lesson I’ll never forget: I was judging too quickly. One day, I discovered a different side of a friend of mine who I thought was “trouble.” Turns out, he was incredibly respectful and kind to his parents. And whenever someone in our circle was struggling, he was the first one to show up and help — no matter who they were, never judging anyone’s background or story. His empathy was on another level, even compared to those who looked “good” on the outside. That moment made me realize something important: people are more than what they show on the surface. No matter how close you are to someone, you’ll never fully know who they are. Everyone has parts of the...

Di Balik Luka Ada Rindu: Cerita dan Puisi Tentang Penantian

Gambar
  Aku pernah duduk sendiri, menatap langit yang memerah di ufuk barat. Kala itu, senja terasa berbeda ada semacam ketidakberdayaan yang diam-diam menyelinap di dada. Di depanku, hanya ada pagar berduri yang membatasi pandangan. Tapi entah kenapa, dari balik duri-duri tajam itu, aku merasa seperti sedang menatap seseorang. Seseorang yang pernah begitu dekat, tapi kini seperti jauh dan asing. Terkadang hidup memang seperti itu. Ada banyak hal yang terlihat indah, tapi justru terasa sulit digapai. Kita hanya bisa berdiri diam, melihatnya dari jauh, dengan luka-luka yang tak kasatmata. Dari perasaan itu, lahirlah sebuah puisi sederhana. Bukan puisi tentang cinta yang manis, tapi tentang rindu yang terhalang , tentang keinginan yang terbentur kenyataan . Berikut puisinya: Langit senja yang memerah Di balik pagar berduri Aku berdiri Menatap sosok dirimu yang begitu merekah Kau dan aku terhalang sekat Pagar berduri menyayat kaki Aku ingin bersamamu walau sesaat Tapi... apakah kau mau ...

Pikiran yang Berisik Saat Semua Diam

Gambar
  Malam selalu datang tanpa aba-aba. Tanpa suara, tanpa tanda. Tapi entah kenapa, justru di saat semua terasa diam, isi kepala malah seperti keramaian yang tak kunjung bubar. Di malam-malam seperti itu, aku merasa menjadi orang asing bagi diriku sendiri. Berpelukan dengan malam, saling mendekat tanpa tahu apa maksudnya. Mungkin hanya butuh teman. Mungkin hanya butuh tenang. Tapi kenyataannya, justru semakin dekat, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Dari situ lahir sebuah puisi yang kubuat di salah satu malam yang sunyi: Awan Biru Aku dan malam adalah dua orang asing yang saling memeluk tanpa alasan. Malam datang tanpa jam tangan, hanya kau, Awan, dan biru satu-satunya saksi yang entah kapan ia akan mati. Seperti rantai yang membelenggu kaki, pikiran hanya kontradiksi yang menyiksa diri. Aku menulis puisi ini bukan untuk terlihat puitis, bukan pula untuk terlihat bijak. Puisi ini lahir dari rasa gelisah yang entah berapa lama sudah menetap di kepala. Aku yakin, bukan ...

Berbeda Itu Wajar, Tapi Kenapa Malah Jadi Sendiri?

Gambar
Pernah terpikir nggak, gimana kalau sebenarnya selama kita hidup, nggak ada satu pun manusia yang benar-benar bisa mengerti apa yang kita rasa? Apa yang kita pikirkan? Rasanya kayak nggak mungkin, ya? Tapi nyatanya... itu sering terjadi. Lalu, siapa yang salah? Kita? Orang lain? Mungkin... bukan keduanya. Orang-orang bilang, berbeda itu wajar. Katanya juga, perbedaan adalah keunikan. Tapi apa artinya "keunikan" kalau akhirnya kita malah merasa sendirian? Bukankah pada dasarnya setiap orang ingin dimengerti? Ingin dipahami, baik perasaan maupun logikanya—tanpa dihakimi. Saya pernah membaca sebuah kutipan di buku: "Jangan berharap untuk dimengerti kalau kamu sendiri tidak mampu memberi pengertian. Karena, sebaik-baiknya pengertian adalah mengerti untuk tidak memaksa orang lain." Kalimat itu terasa masuk akal... tapi di sisi lain, apakah kita akan terus seperti ini? Terus jadi pihak yang memberi pengertian untuk orang lain, tapi lupa bagaimana caranya dipahami? Kala...

Negara Ini Tak Buta, Tapi Tutup Mata

Gambar
  Sampai Kapan Kalian Memikirkan Diri Kalian Sendiri? Di tengah hari yang biasa, saya membaca laporan tentang meningkatnya angka pengangguran di Indonesia tahun ini. Entah kenapa, laporan itu menusuk hati saya yang masih berstatus mahasiswa semester 6. Seketika, saya merenung: apakah akan ada kesempatan untuk saya ketika nanti lulus? Atau justru saya akan tertinggal? Saya melihat teman-teman saya di kampung dulu—yang tidak kuliah—kini sudah bekerja di tambang, entah sebagai operator alat berat atau mekanik. Mereka sudah punya penghasilan sendiri, bahkan ada yang sudah mulai menabung dan membangun masa depan. Sedangkan saya? Masih duduk di bangku kuliah, mencoba bertahan dan berjuang dengan idealisme yang semakin diuji oleh kenyataan. Jujur, saya merasa iri. Tak hanya karena mereka sudah punya penghasilan, tetapi karena mereka tampak lebih siap menghadapi hidup. Saya takut saat saya lulus nanti, mereka sudah jauh melesat—punya rumah, keluarga, bahkan anak. Apakah saya terlambat? S...
Gambar
  Di Antara Logika, Ibu Kota, dan Isi Kepala Pernahkah kamu bertanya-tanya, bagaimana rasanya kalau seseorang bisa menyeimbangkan emosi dan logikanya dengan sempurna? Apakah dia akan menjadi pribadi yang baik? Ataukah sebaliknya? Bagiku, orang seperti itu layak menjadi pemimpin—pemimpin yang penuh empati tapi tidak naif. Namun, aku masih penasaran, apakah empati tinggi itu selalu dibarengi dengan kerapuhan yang membuat seseorang rentan? Mungkin, jawabannya tersembunyi di antara labirin nalar dan hati yang kita jaga. Ibu kota—katanya tempat penuh peluang dan harapan. Tapi mengapa hatiku merasa seperti dipeluk oleh ibu tiri, bukan ibu yang hangat? Bukankah seharusnya ibu kota seperti rumah yang nyaman, di mana kita bisa bernafas lega? Ternyata, kenyataan tak selalu seperti yang kita bayangkan. Keras dan dingin, ibu kota menyimpan sisi yang tak banyak orang mau akui. Dan ketika aku menulis, apakah aku benar-benar jujur pada diriku sendiri? Beranikah aku mencoret kegelapan yan...
Gambar
“Kamu Sehat Bagiku” Aku tak bisa tidur karena terus memikirkanmu, padahal katanya, itu bisa merusak pikiranku. Fungsi otak bisa runtuh hanya dalam semalam, maka, bisakah kita bertemu… sebelum aku tenggelam? Mereka bilang, menyendiri bisa menaikkan stres, hormon-hormon panik menari tanpa jeda. Tapi bersamamu, semua terasa beres, cukup sekali saja… biar jiwa ini lega. Tertawa denganmu, bagai terapi yang lucu, membakar kalori dan rasa pilu yang beku. Saat kau bicara, seperti musik yang teduh, menurunkan detak, meredakan keluh. Menulis bisa sembuhkan luka yang sunyi, itu kata para ahli—tapi bagiku tak sekuat ini: berbicara denganmu, satu hari saja, cukup membuat dunia kembali terasa ada. Banjarbaru, 4 Mei 2025                                                                              ...
Gambar
  Apa yang bisa dilihat dariku? Kau adalah revolusi yang tak kuantisipasi, menggulingkan rezim sunyiku tanpa perlawanan. Apa itu yang terucap dari bibirmu? Dekrit manis yang mengubah arah negaraku. Apa itu yang tersimpan di tanganmu? Seperti perjanjian damai pasca perang panjang— lembut, menenangkan, membangun kembali reruntuhan. Segala hal darimu, seolah seperti konstitusi yang sempurna— tertulis rapi, tak ada celah untuk kudeta rasa. Namun, biarkan aku menjadi rakyatnya, yang tak hanya bersorak di hari pemilihan, tetapi juga bertahan bersamamu di kala embargo datang: patah, bahagia, sedih, kecewa. Berbagi dalam diplomasi yang jujur. Pertemuan kita bukan kebetulan, ini seperti penemuan naskah kuno yang hilang dalam sejarah panjang pencarian. Kau bukan hanya berbeda, kau adalah ideologi baru yang tak bisa ditaklukkan oleh propaganda dunia.   Banjarbaru, 6 Mei 2025                                ...

Dimana Langit Tak Pernah Sama

Gambar
Selamat datang di tempat "Di Mana Langit Tak Pernah Sama", sebuah perjalanan yang membawa kita melintasi dunia antara kenyataan dan khayalan. Kisah ini mengisahkan Argi, seorang pria yang terperangkap dalam mimpi-mimpi yang tak pernah terungkapkan. Di dunia yang tampak nyata, ia menghadapi kebingungan, harapan, dan kenyataan yang tak sesuai dengan apa yang diinginkan. Melalui cerita ini, saya mengajak Anda untuk mempertanyakan apakah apa yang kita anggap sebagai kenyataan itu benar-benar nyata, atau hanya sebuah ilusi yang kita ciptakan. Setiap langkah Argi membawa kita lebih dekat pada pemahaman bahwa hidup, seperti langit, selalu berubah tak pernah sama. Semoga kisah ini menggugah perasaan dan memberikan pandangan baru tentang perjalanan hidup yang penuh kejutan. Sebuah Harapan Argi sudah terbiasa dengan hidupnya yang teratur. Setiap hari, ia bangun pukul tujuh pagi, menghabiskan waktu dengan kopi panas sambil membaca berita, dan lalu bekerja di galeri seni yang tak pernah ...